
🌿Buku ini mengajarkan padaku untuk selalu berani dalam bertindak meski harus berlainan paham dengan orang lain. Mengingat bagaimana posisi perempuan pada tahun 1950-1960an yang masih dianggap sebagai boneka dan alat bagi seorang laki-laki. Semenjak menikah dengan Charles, Sri menjadi perempuan yang kurang merdeka, hidup dikekang dan tidak sedikitpun ia mendapatkan kebebasan dan kasih sayang. Dari sini sih sebel juga sama Sri. Beberapa waktu dia kenal dengan Carl, kawan kakaknya. Tapi kenapa akhirnya Sri menikah dengan Charles Vincent yang belum ia kenal watak aslinya? Heuheu.
🌿Tapi Sri mengajarkanku untuk selalu berani bertindak. Mendobrak ketidakadilan dan menemukan bahagianya. Jangan mau jadi perempuan yang direndahkan. Sri tidak banyak bicara, namun dirinya bertindak dan membuktikan kalau dirinya bisa sebagaimana perempuan yang merdeka. Mungkin langkah Sri harus dengan cara mendobrak norma, menyampingkan adab. Tapi begitulah zaman itu. Ia pun yang lahir dari keluarga beradat, terpaksa menyampingkannya demi merasa benar-benar merdeka. Memang keadaan yang mengharuskan demikian.
🌿Merdeka disini dalam artian tidak menerima direndahkan seorang laki-laki, tidak diam ketika ia diperlakukan tidak adil, dan bersuara ketika ia sudah dianggap tidak berarti bagi sosok lelaki. Tetapi Michel, seorang komandan yang ia temukan di Kapal berhasil membuat ia merasa merdeka dan dikasihi sepenuh hati.
🌿Sangat disarankan untuk pembaca yang ingin tahu arti kebebasan, kasih sayang, dan cinta dari sudut pandang lelaki dan perempuan. Karena buku ini dibagi menjadi dua bagian. Yaitu sudut pandang Sri dan sudut pandang Michel.
Bye-bye💚.
Credit to @reviewbyuci
www.aisaysletter.com
#padasebuahkapal
#nhdini
#reviewbuku
#novelfiksi
#gibahinbuku